Feeds:
Posts
Comments

Archive for September, 2008

The End

Tangannya dengan cekatan membuka bungkusan itu. Hatiku memang tak begitu berdebar. Ini bukan kali pertama  Ipul memberikan sesuatu padaku. Di ulang tahunku ynag sebelumnya, saat cinta remaja itu menggelayut diantara hatiku dan dia, kerap dia memberikan kejutan bagiku. Namun justru itulah, seakan sekarang aku merasa banyak berhutang padanya, walau dia tak meminta imbalan dariku.

“Mat, apa?” aku penasaran, karena ternyata bungkus kado itu tak hanya satu, berlapis lapis dan semuanya berwarna biru kesukaanku.

“Rhiez, lihat…..” Kudongakkan kepalaku, jantungku nyaris copot oleh kekagetanku. Sungguh, aku tak kan mengira, di usiaku yang baru 17 tahun ada seorang laki2 yang memberikan hadiah ulang tahun berupa Al Qur’an. Ah…….Ipul, kau membuatku bimbang lagi dengan segala kebaikanmu. Selalu saja kau pandai mempermainkan hatiku yang sudah mulai tak lagi merasakan sakitnya cintamu . Bibirku kelu, tak mampu untuk hanya sekedar mengucap sepatah kata untuk mengusik keheningan pagi di sebuah ruang kelas. Aku takkan pernah lupa akan hal itu.

” Mat, aku ga mungkin menerimanya, ga mungkin Mat” Aku mencoba menjauh, mengalihkan pandangan mataku ke jalanan yang mulai ramai.

” Kenapa Rhiez??? kenapa tidak,  mungkin Ipul memang benar2 mencintai kamu, dan ini ungkapan dia…..”

“Tidak Mat, aku tahu dia masih mencintaiku, tapi rasa sakit yang dia toreh ketika dia bersama Fitri tak mungkin kulupakan Mat, sakiiiitttt”kupotong ucapan Rahmat yang takkan pernah sempurna sampai saat ini.

“Rhiez, bukankah dulu kamu yang minta Ipul untuk menerima Fitri, bukankah kamu sudah siap denagn konsekuensi itu, bukankah…..”

“Sudahlah, aku memang salah, tapi apa karena Fitri juga tak lagi disini hingga dia memintaku untuk kembali, Mat? kamu sahabat aku, tolong jangan pojokkan aku seperti ini, tolong”

“Ya udah terserah kamu mau  diterima apa ga, yang jelas q dah menyampaikan amanat darinya untukmu”

###

Hening, sepi dan kaku. Itulah gambaran saat aku menemui dia sepulang sekolah di alun2. Kuputuskan untuk mengembalikan pemberiannya itu, karena aku tak mau memperoleh beban yang kan membayangi ku seumur hidup. Tak ada rangkaian kata yang keluar, semuanya kelu dan seakan parkiran kata di otakku mulai membeku, tak mampu merembes di bibir. Sesaat lamanya semuanya hanya diam, membiarkan angin yang bertiup lembut menyentuh kulit.

“Pul, maaf aku cuma pengen balikin ini” Kucoba menguatkan suara, dan mulai membendung sumber air itu agar tak menjadi bah yang tumpah.

“Kenapa? ini hari ulang tahunmu, dan aku ihklas memberikannya padamu, tak ada maksud apa2 dalam diriku, karena aku hanya ingin memberikan sesuatu yang berarti untukmu, itu saja” tatapan mata itu, ketajaman yang sampai sekarang tak mampu ku pandangi, aku menunduk dan kembali terdiam. hening, sepi, dan kaku.

“Pul, aku sangat berterimakasih, tapi aku ga bisa, ini bukan sembarang barang yang bisa kau berikan pada siapa saja, dan aku….aku sudah tak bisa kembali padamu, biarlah kita bersahabat tanpa ada tendensi apa2, biarkan semua berjalan seperti saat dulu pertama kita saling mengenal, tapi bukan untuk saling mencinta, namun untuk saling mengasihi sebagai seorang sahabat. kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih segalanya dibanding aku, dan semoga begitupun aku” tak tahu kenapa aku mampu merangkai kata yang begitu banyak, hanya saja yang terpikir dalam otakku , aku harus bicara dengannya, dan semuanya harus clear. Bahwa aku dan dia hanya sebatas sahabat.

“Baiklah, tapi tolong terima ini sebagai tanda persahabatan kita, dan asal kamu tahu aku akan terus mencintai kamu, karena kamu wanita ternbaik yang pernah ku kenal, walau kamu tomboy, tapi itu dulu, dan kamu mempunya background agama yang tak banyak dimiliki wanita lain, aku kagum sama kamu ”

“Tanda persahabatan” kataku mengulagi lagi, dan kucoba memberikan senyum terindah ynag pernah kumiliki untuknya, untuk seseorang yang pernah mengisi relung hatiku, seseorang yang mampu membuatku lebih baik, seorang lelaki yang sangat sabar.

###

08 agustus 2008

Ulang tahunku yang ke-20, tak ada sesuatu yang istimewa, seperti biasa ibu menyiapkan dua tumpeng sekaligus , karena mbakku juga berulang tahun di tanggal 15, sekalian kata ibu. Dan semuanya biasa saja. kisah cinta yang lama tlah kukubur dalam2, dan aku tak lagi berniat untuk membukanya. di umurku yang sudah berkepala dua, sebagai mahasiswi semester 5, dan sebagai seorang wanita, tentu aku juga ingin seperti yang lain, tapi aku tak lagi ingin bermain2, aku lelah. Walau sampai sekarang Ipul masih memintaku untuk kembali, namun kini bukan karena alasan cinta lagi hingga aku bersikukuh tak lagi ingin kembali. pesan abah yang secara tak langsung diberikan untuk kedua putrinya ini membuatku semakin membuka mata. Aku memang tak pernah mengaji di pondok secara salaf, namun aku juga bukan seorang gadis yang dibiarkan tanpa pengetahuan agama, apalagi aku punya Abah dan paklek yang sangat faham dengan agama.Dan aku  tahu lelaki seperti apa yang emreka harapkan untuk menemani anak2nya.

Bagaimanapun orang tua pasti menginginkan hal yang terbaik bagi putrinya, dan begitupun Abah dan Ibu. Aku tak membutuhkan lelaki yang kaya harta, yang mampu memberiku uang banyak, mampu membuatku tercukupi dengan semua hartanya. Aku juga tak membutuhkan seorang lelaki yang hanya bermodal tampang, namun aku membutuhkan seorang lelaki yang mampu menjadi imam bagiku dan anak2 ku kelak, seseorang yang bisa membuatku nyaman dan aman berada di dekatnya, dan seseorang yang faham agama yang kelak kan mengantarkan aku untuk lebih mencintai-Nya.

the end

Read Full Post »

pa ya……???

KelasDua SMA, 08 agustus 2005

Waktu tlah meninggalkan ku dan juga meninggalkan kenangan kita, aku tak tahu apakah aku memang masih mencintaimu ataukah tidak, yang kutahu setelah kau benar2 menjalin kisah cinta dengan Fitri, ada sebagian hatiku yang tlah berdarah. Aku mencoba untuk merelakan sesuatu yang dulu ku mulai sendiri. Hari ini adalah hari ulang tahunku, jarak sekolah kita memang tak jauh., namun kau tahu kau takkan menghampiriku, dan aku pun tak lagi menginginkannya. Suatu pagi, ada sesuatu yang membuat ku kaget.

” Rhiez, ada titipan buat kamu” Rahmat , sahabat karibku menyapaku denagn terburu2. Dia sahabat ku, juga tentunya sahabat kita di Smp. Lelaki yang baik, yang setia denagn persahabatna yang tlah lama dibina, tanpa mengotorinya dengan sesuatu yang kan menghancurkan persahabatan itu. Aku bangga dengannya.

” Titipan apa?” aku masih belum beranjak dari taman.

” Ini, dari seseorang yang pernah ada di hatimu” Dia lantas pergi, meninggalkan aku denagn sebuah bungkusan rapi, yang kupikir kado ulang tahunku. kertas berwarna biru langit kesukaanku. Ah……tanpa membukanya pun aku tahu dari siapa kado itu. Aku beranjak menyusul rahmat yang tlah lebih dulu masuk kelas.

“Mat, ini apa?” pertanyaan bodoh, pikirku sekarang.

” Buka aja, tadi pagi aku bareng ma Ipul, katanya dia takkan menemui kamu kesini”

“bukain Mat, aku takut” Rasa penasaran itu memang ada, tapi jujur rasa sakit yang kurasakan membuatku menagguhkan membukanya, dan memilih sahabatku unrtuk membukakannya. be continue

Read Full Post »

JADUL LAGIIIIII

pagi mentari, hari ni ku datang lagi……………..

yach…pagi nie seenggaknya dah buat aku pusing dengan kealphaanku, hari ni ku lupa lo ada acara pra workshop. q jadi ga enak ma temen2, padahal ku lupa beneran, ga boongan, ah….. entah apa yang ada dalm fikiranku sampe aku bener2 lupa, untungnya da seseorang yang ingetin aku. Ya….thanks God.

yach…..tadi malem banyak banget yang dah buat fikiranku buyar.

” ass, dik kenapa ga pernah sms mas lagi, ada apa?” tiba2 hapeku berdering, magrib2 ga biasanya ada yang sms.

“aq ga pa2 mas, cuma lagi banyak tugas kuliah aja, mas baik2 aja kan???” Aku kwmbali melakukan kesalahan, seharusnya aku tak boleh lagi sms seperti itu, memperlakukan dia seperti itu  justru membuatnya  semakin sakit. Hape masih di tangan, diktat material development yang harusnya ku pelajari malah kubiarkan tergeletak begitu saja, ah…baru  sepuluh lembar sudah tak berdaya, harusnya hape ini tak matiin aja, aku membatin, merutukku.

“mz, ga bk dik, g bk lo adk ga kash kbr, n adik tahu kan, lo mz jg g kan baik2 sj lo ga dpt sms dr adk” ah…aku bisa menduga sms ini kan kembali muncul, setiap kali kau sms pasti itu dan selalu hal itu menjadi tema pembahasan kita, aku bosan, tapi benarkah jika semuanya memang belum benar2 selesai, aku mulai bingung, hatiku galau.

“mz, jk aq ga sms th artinya aq bk2 saja, dan kuharap kamu juga gitu, dah dulu ya q mo ngaji ” ku akhiri pintu pergolakan batinku, selalu saja kau membuatku ingin menangis, kau selalu saja memaksaku untuk mengingat sesuatu yang ingin aku lupakan, kau…..ya kau….!!!

aku sudah tak mengharapkan kau membalaz sms ku lagi, kita sudah pernah membahasnya. adik dan mas, aq dan kamu terasa bermil2 menjauhkan aku dari mu, begitu katamu dulu, waktu pertama kali aku menuliskan panggilan baru untukku, untuk kita.

aku tak benar2 mengaji, jam tanganku masih melaju dari angka 8, dan mengaji denagn pak ustadz, baru dimulai pukul 9, tapi aku sungguh tak ingin melanjutkan sesuatu yang selalu saja membuatku bimbang. Ipul….kenapa kamu begitu tega membuatku menjadi seperti ini??? ataukah aku yang tak tahu diri dan membuatmu jauh lebih merasa sakit dengan semua yang terjadi diantara kita??? butiran bening itu kini muncul, aku menangis, ya menangis hanya karena seorang anak manusia yang dinisbatkan atas nama cinta.

***

“Aku tak lagi bisa melanjutkan semuanya, kita masih harus melalui jalan panjang yang sangat melelahkan, dan kurasa bukan aku orang yang pantas yang kan memberikan sapu tangannya untuk menghapus luh di pipimu ketika kamu merasa letih, bukan aku, bukan”. Suaraku mulai bergetar, kucoba berjuang sekuat tenaga menahan mata yang mulai sembab, menahan kepala yang tak lagi tegak, namun tertunduk memandangi bumi yang menghitam.

” Kenapa? apa yang kamu lakukan? ini bukan rizma yang aku kenal, bukan”. Kau banting pintu kelas yang mulai usang, tak ada orang lain, tak ada siapa2, hanya tersisa dua orang anak manusia yang sedang bergolak dengan jiwanya, aku tersentak. Pertama kalinya kau berlaku kasar, ya baru kali ini, setelah sekian lama aku mengenal sosokmu yang lembut, jauh dari kebringasan, tapi kali ini aku menemukan sosok yang lain, yang tak ku kenal sebelumya.

” Pul, aku sudah menjelaskan, kita tak kan bersama lagi, bukan karena aku sudah tak mencintaimu, tapi karena…karena….”. Bibirku terkatup, jantungku berhenti berdegup, dan kini mata yang sembab tak berhasil menahannya, kedung itu kini menganak sungai, dan kau berpaling, menghampiri wajahku yang kini hanya mampu tertopangkan tangan yang menelungkup.

” Kenapa? kamu masih mencintai aku kan? aku yakin, kamu masih mencintaiku, ada apa ris, bicara dan tatap mataku “. Kau hampiri aku, duduk disampingku, dan matamu yang tajam masih menatapku, mengharap jawab yang aku tak tahu, kuatkah aku untuk mengatkannya, kuatkah aku???

“Pul, fitri mencintai kamu”. Kalimat terakhir yang tak sempurna hingga hari ini. Dan aku tak ingin menyempurnakanya. Aku tak mungkin melupakannya, dan kurasa mungkin aku tak kan sanggup, dan tentu juga kau. Fitri Apriyanti, gadis manis, dengan jilbab lebar yang dulu kurasa aneh saat pertama kali aku melihatnya. Lalu beralih menjadi satu2nya teman wanita yang kupunyai, teman, adik dan segalanya yang aku miliki, sahabat terbaikku, yang selalu sedia saat aku membutuhkan, yang selalu ada dengan pundaknya untuk ku bersandar ketika ku harus menghadapi sisi kehidupanku yang lain, seseorang yang telah aku anggap sebagai adikku sendiri. Dia mencintai kekasih sahabatnya sendiri. Sakit, tentu saja, namun jauh lebih sakit saat aku yang harus merasakan. Membaca diary yang dengan sengaja atau tidak di tinggalkan dirumahku, saat dia menginap yang terakhir kalinya dirumahku. Aku baru tahu, dia lebih dulu mencintaimu, dia lebih dulu mengagumimu, dan dia lebih dulu segala2nya dibanding aku. Hatiku sakit, kenapa dia tetap memendamnya sendiri, tanpa mengijinkanku untuk tahu. Ah…aku masih ingat saat aku dengan menggebu2 menceritakanmu pada dia, tentang ketampananmu, kebaikanmu, kelembutanmu, tanpa aku sadari aku tlah menorehkan luka yang dalam di hatinya yang bersih. Aku menyakitinya.

***

Pagi yang cerah, rinai pipit di ujung2 padi mulai berkicau, ramai. Hari ini acara perpisahan sekolah, hatiku riang, mendengar pak kepala mengatakan bahwa aku lulus dengan nilai tertinggi, itu artinya aku bisa memasuki smu favorit yang aku dambakan, namun tak kusadari ada sudut hatiku yang mulai tak ingin bersatu denagn kebahagiaan ini.

” Ful, sudahlah kita tak perlu membahas lagi, temui Fitri sekarang, dia sangat mencintaimu, melebihi aku. sampaikan pada dia, aku tak marah, dan aku tetap sahabat juga kakaknya, kapanpun dia mau, pintu rumahku selalu terbuka untuknya, juga untukmu”

Kulangkahkan kaki dengan gontai, tak ingin lagi aku berada disini, melihatmu yang terduduk, menundukkan wajahmu. Aku tau kita masih terlalu dini untuk mencintai seseorang dengan sepenuh jiwa, namun aku tak mengerti kenapa hati ini terasa begitu sakit. Namun, aku tak ingin kau tahu hal itu, biarlah yang kau tau, aku ikhlas dengan semuanya, biarlah Fitri tahu bahwa aku kini telah merelakanmu pergi dan melihatmu bersama dia dengan kebahagiaan di hati. Mataku sembab……

***

Satu tahun aku menginjakkan kaki di sekolah yang baru, kumulai hari2ku dengan mengikuti ekstrakurikuler yang kuharap bisa melupakanmu. Melupakanmu yang ternyata bisa menerima Fitri, dan kudengar kalian telah berpacaran. Jujur, hatiku sakit, namun aku kembali bertanya bukankah itu yang aku inginkan?Ipul yang bisa mencintai Fitri dan mereka saling berbagi kasih??? Fitri sangat mencintai Ipul, dan aku ga boleh egois dengan sahabat ku sendiri. Dan aku memang harus merelakan mereka, walau ada sesal di hati, kenapa Ipul begitu mudah menerima Fitri, dan aku mulai merasa di tak benar2 mencintai aku, namun hanya ingin melihatku berubah, melihat Risma yang manis, yang benar2 menjadi seorang gadis baik2, bukan gadis yang urakan, yach…mungkin hanya itu yang ingin Ipul lakukan untukku. Kumulai menutup diri, tak lagi ingin aku membagi hati dengan yang lain, biarlah kau bawa separuh hatiku yang tlah kurelakan, dan tak kan pernah kuminta kau mengembalikannya padaku lagi.

***

Namun, tiga tahun lalu kau kembali lagi, denagn segala hal baru darimu. Kau mulai mencariku, mendatangi aku , dan membuka luka lamaku lagi. Aku datang denagn cintaku , sama seperti saat aku dulu datang pertama kali dalam hidupmu, begitu katamu. Waktu itu, tiba2 kau datang kerumahku, tak tahu dari mana kau tahu, yang jelas kau denagn mudah sampai dirumahku dan kembali mengatakannya lagi, 14 Februari 2006. Saat2 menjelang ujian akhir sekolah. Kau kembali bercerita, hubunganmu dengan Fitri hanya bertahan selama kurang lebih dua tahun, dan kini kau datang menawarkan kembali hatiku yang tlah kuikhlaskan kau bawa pergi. Aku tahu, kau kembali mencariku karena Fitri tak lagi di Purworejo. dia mengikuti orang tuanya yang pindah ke Bantul, dan secara tak sengaja dia pindah di sekolah yang sama dengan saudaraku. Aku bertemu dia waktu aku menginap di rumah Budhe, tak kusangka aku akan bertemu lagi dengan sahabatku itu. Kau tak tahu akan hal itu, karena aku memang tak mau menceritakannya.

Hampir dua tahun aku di sekolah yang baru dengan teman ynag baru, aku mulai berfikir tak ingin lagi aku berpacaran, begitu jawabku, waktu kau kembali memintaku untuk pulang kerumah hatimu. Aku tak bisa.

” Kenapa Ris, bukankah kau masih mencintaiku, bukankah selama ini kamu tak lagi menerima laki2 lain dalam hidumu?”. Hahhh…. ingin kau memintamu pulang kalau aku benar2 tak tahu adat.

“Aku sudah tak menginginkannya lagi, juga kau, dan hubungan kita seperti dulu, aku hanya menginginkan kita bisa berlaku sebagai seorang sahabat”. Tak ada rasa sakit yang kurasa, hatiku mulai bertanya. be continue

Read Full Post »

assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh………..

ahhh……………..akhirnya ku bisa kembali menjadi rizma yang dulu lagi.

hore………………..

hai….q lupa kemaren aku pengen cerita sesuatu ma kamyu lho………….

yang jelas ma kamyu, tulisanku……

ya, SYAIFUL MALIK, itu tuh namanya, dan aku mang sengaja buat nulis denagn gede2 biar kmau tahu lo’ dia tuh mang pernah da di sini nie….di palung hati kyu, jeillleeeeee…………..

sekarang dia dah ga dalam masa cari ilmu, tapi dalam masa cari duit, buat persiapan ngasih makan anak orang kali ya……tauk ah gelap( cari lampu yuuukkkkkk)

dia itu temenku waktu aku masih smp, waktu aku masih menjadi anak yang tomboy dan nakan n yang pasti ugal2an.

nah…..dia tuh sekelas ma aku, tapi beda ruang, ku baru satu ruang ma dia waktu kelas dua smp,. dia tu orangnya putih lebih putih dari aku malah, rambutnya lurus, tinggi, trus juga lembut, sopan, dan pandai bahasa krama inggil.

nah…..dia nie yang nularin atau lebih tepatnya ngembaliin naluri ku sebagai wanita. karena dia juga tuh aku bisa jadi wanita yang agak lembut, he…………..he……………

lha gimana enggak, wong dia tuh ketua OSIS dan juga dewan ambalan yang dah di incer ma cewe’2 centil di sekolah, tapi dia malah milih aku…………….duh…………….tersanjungnya.

waktu aku tanya dia kenapa milih aku, yang dia katakan cuma satu, rhiezma tuh bukan cewe’ yang kayak gitu, n ga pantes banget seornag rhiezma menjadi sosok yang tomboy, githu…….

dulu sie, ga mikir lo ku bakal ” jadian ” ma dia, coz aku masih punya cowo, sisa jamSD, cinta monyet gitu. tapi dengan santae akhirnya aku mutusin dia. dan nerima si malik buat jadi pacar ku.

dia baik banget, hobiku yang suka baca, ngebuat paling sering janjian di perpus,…………pacaran ilmiah gitcu….

yawdah……..bersambung dulu ya, q da kumpulan anak2 Purworejo, truz juga dah di ingetin maserver, meh tutup.

Read Full Post »

Inginku Bersandar PadaMU

Astaghfirullah………..duh Gusti, apa yang telah aku lakukan??? apa ???begitu hinanya aku dimataMU ya Allah. Sampai seorang anak manusia mengatakan, ku t’lah membuatnya rapuh???aku tahu Engkau Maha Yang Tak Pernah Tidur, Engkau Maha yang melihat yang kasat dan yang tidak, Engkau maha tahu apa  yang terjadi dengan hatiku, Engkaulah maha segala2nya. Dalam hidupku, hidup seorang anak manusia yang bertumpuk dosa, tak pernah ada sedikitpun terbersit dalam benakku untuk mendatangkan kemudharatan bagi yang lain, apalagi bagi mereka yang aku kasihi. Ya Allah, aku memang bersalah, aku yang tak pandai membedakan apa yang ada dalam hatiku, aku yang lemah dengan segala bujuk rayu syetan, aku yang tak pernah menyadari apa yang telah aku perbuat pada orang lain.

Apa yang telah aku lakukan? itulah pertanyaan yang muncul saat aku membaca akhir dari tulisannya, perbuatan yang tak kusadarikah yang membuat dia merasa akulah penyebab kerapuhanyya?? “Ia adalah wanita yang lebur bersama dengan jiwaku yang t’lah ia buat rapuh” Astaghfirullah……..Aku menangis, duh Gusti, ampunkan dosaku.

Aku sadar dan tahu, saat ia tak kembali seperti hari2 yang lalu, ia yang mulai tak memberikan kabar padaku, ia yang tak lagi berkirim sms padaku, aku sadar, aku tahu, bahwa itu adalah caranya. Cara agar ia kembali denagn jiwanya yang sesuci embun, dia fikiran nya yang idealis, dan dengan kesadarannya. Aku menghargai setiap apa yang dia lakukan, dan akupun mulai menurutinya, meninggalkan sesuatu yang mulai saja belum. Aku tahu dia, lelaki yang taat dengan apa yang dia anut, lelaki yang takut akan azabMU, dan lelaki yang kan berikhtiar dengan apa yang di inginkan. Tak seharusnya seorang” aku ” menjadi sebuah penghalang dan penghancur bagi apa yang dia cita2kan, dan mungkin inilah yang terbaik.

Saat dia berkata jujur, aku senang, namun ada duri yang menusuk saat dia denagn jujur mengatakan tak ekmbali untuk menggali ilmuMU hanya karena seorang ” aku ” yang menghancurkan kekhusyukannya saat shalat Jum’at sedang ia dirikan, aku bersalah, aku ………………..

Tak seharusnya aku mengeluh pada selain MU , pada mereka yang hanya merasa kasihan kepadaku, lalu bersimpati dan kemudian pergi meninggalkan aku denagn segala lara yang menusuk sembilu. Dan kini, aku bersyukur, Engkau t’lah menyadarkan aku dengan caraMu ini, dengan sesuatu yang membuat dadaku sesak, aku bersyukur padaMU ya Allah, Engkau masih mengasihi aku.

Aku memang tak biasa untuk berbagi, dan saat aku mulai berbagi Engkau t’lam memperingatkan aku, tak ada seorangpun sahabat, seseorang yang kan slalu setia dengan segala keluh kesah kita, tak ada, walau itu orang yang sanagt kita percaya sekalipun. Dan aku mulai menyadari bahwa, aku kan kembali menjadi seorang rhiezma yang ekstrovert, yang hanya akan menanggung segalanya seorang diri, yang hanya akan berlama2 di masjid untuk membasahi sajadahku dengan tangisku. Walau aku ingin ada seorang yang lain, yang kan segedar menepuk bahuku, untuk menguatkan dan menyadarkan aku untuk kembali padaMU, tapi itu hanya “ingin”. Dan memang hanya pada Engkaulah aku kan jujur dan kuyakin Engkau Maha Tahu, Engkau sendirilah yang kan menepukku untuk bersandar padaMU.

Read Full Post »

Ahhhh……kumulai cengeng lagi!!!!!

siang mentari, rerumputan dan angin yang menyapaku dengan lembut. detik ini ingiiiiiin sekali kulantunkan kata hatiku, menarikan jemari tanganku diantara tuts komputer, dan berbagi cerita denganmu.

“Yusuf” ya, lelaki itu bernama yusuf, nama yang kan mengingatkan kita pada salah satu nabi yang wajib kita yakini, namun tentu saja dia tak sesempurna nabi yusuf, tak seganteng nabi yusuf. dia hanya seorang mahasiswa yang datang dari jauh untuk menimba ilmu di bumi jawa, dengan segudang cita-citanya yang dia ukir di lubuk hati. lelaki yang senantiasa menundukkan pandangannya terhadap wanita, setidaknya itulah yang bisa aku peroleh saat aku mengenal dia. sebenarnya, tak ada yang istimewa dengan dia, namun entah mengapa ketika dia menelfon dan saling ngobrol, kita nyambung, ah….awal yang bagus untuk menambah ilmu dari teman, pikirku. dia pandai bahasa arab, dan diapun juga punya cita-cita yang tinggi, beasiswa ke Yaman. dan aku hanya bisa meng amin kan pa yang dia cita citakan.

banyak hal yang bisa kuceritakan padanya, sesuatu yang sama sekali tak ingin kubagi dengan yang lain, entah mengapa tiba- tiba ku ingin membagi dengannya, kuceritakan semuanya, penyakit yang selama ini aku sembunyikan, orang tuaku dan segala omongna yang membandingkan aku dan kakak perempuanku.oh ya, sampai aku lupa, memceritakan, aku punya seorang kakak perempuan, dia tidak seperti aku, setidaknya aku selalu juara kelas dari sd hingga sma, sedang dia tidak, sekolah dengan nilai yang “katanya” tak memuaskan orang tua. namun, itu dulu, dan hanya itu mungkin satu2nya kelebihanku,namun segalamya berubah, waktu itu aku masuk smp, sedang kakakku telah menyelesaikan studinya di smp,tak ada paksaan dari abah maupun keluargaku, namun yang kutahu, waktu itu keluarga sangat mendukung untuk tak melanjutkan sekolah, namun ” mondok” salaf di sebuah pesantren besar di kotaku. keluargaku, boleh dikatakan keluarga yang terdidik dari tangan2 religi, sebelumnya rumah yang kami tempati sekarang adalah sebuah musholla yang besar, jarak masjid yang jauh membuat mbak kyai, memberikan kepercayaan pada simbah kakung unruk mendidik warga. dari situlah aroma religi tertanam. hingga sekarang, rumahku sekaligus berfungsi sebagai tempat mengaji, ada musholla yang kini t’lah berdiri kukuh di samping rumah, setiaa hari hingga pukul 9 malam maka kau akan dengarkan orang tua2 dan anak kecil belajar mengaji kitab, sholat, dan al Qur’an.

satu keputusan besar t’lah kuambil, saat aku memutuskan untuk meninggalkan rumah dan menuntut ilmu di sini, aku hanya berharap kelak kubisa menyenangkan hati orang tuaku, namun ternyata langkah yang kuambil adalah sebuah langkah yang membawaku pada penyesalan besar. be continue.

Read Full Post »