Tangannya dengan cekatan membuka bungkusan itu. Hatiku memang tak begitu berdebar. Ini bukan kali pertama Ipul memberikan sesuatu padaku. Di ulang tahunku ynag sebelumnya, saat cinta remaja itu menggelayut diantara hatiku dan dia, kerap dia memberikan kejutan bagiku. Namun justru itulah, seakan sekarang aku merasa banyak berhutang padanya, walau dia tak meminta imbalan dariku.
“Mat, apa?” aku penasaran, karena ternyata bungkus kado itu tak hanya satu, berlapis lapis dan semuanya berwarna biru kesukaanku.
“Rhiez, lihat…..” Kudongakkan kepalaku, jantungku nyaris copot oleh kekagetanku. Sungguh, aku tak kan mengira, di usiaku yang baru 17 tahun ada seorang laki2 yang memberikan hadiah ulang tahun berupa Al Qur’an. Ah…….Ipul, kau membuatku bimbang lagi dengan segala kebaikanmu. Selalu saja kau pandai mempermainkan hatiku yang sudah mulai tak lagi merasakan sakitnya cintamu . Bibirku kelu, tak mampu untuk hanya sekedar mengucap sepatah kata untuk mengusik keheningan pagi di sebuah ruang kelas. Aku takkan pernah lupa akan hal itu.
” Mat, aku ga mungkin menerimanya, ga mungkin Mat” Aku mencoba menjauh, mengalihkan pandangan mataku ke jalanan yang mulai ramai.
” Kenapa Rhiez??? kenapa tidak, mungkin Ipul memang benar2 mencintai kamu, dan ini ungkapan dia…..”
“Tidak Mat, aku tahu dia masih mencintaiku, tapi rasa sakit yang dia toreh ketika dia bersama Fitri tak mungkin kulupakan Mat, sakiiiitttt”kupotong ucapan Rahmat yang takkan pernah sempurna sampai saat ini.
“Rhiez, bukankah dulu kamu yang minta Ipul untuk menerima Fitri, bukankah kamu sudah siap denagn konsekuensi itu, bukankah…..”
“Sudahlah, aku memang salah, tapi apa karena Fitri juga tak lagi disini hingga dia memintaku untuk kembali, Mat? kamu sahabat aku, tolong jangan pojokkan aku seperti ini, tolong”
“Ya udah terserah kamu mau diterima apa ga, yang jelas q dah menyampaikan amanat darinya untukmu”
###
Hening, sepi dan kaku. Itulah gambaran saat aku menemui dia sepulang sekolah di alun2. Kuputuskan untuk mengembalikan pemberiannya itu, karena aku tak mau memperoleh beban yang kan membayangi ku seumur hidup. Tak ada rangkaian kata yang keluar, semuanya kelu dan seakan parkiran kata di otakku mulai membeku, tak mampu merembes di bibir. Sesaat lamanya semuanya hanya diam, membiarkan angin yang bertiup lembut menyentuh kulit.
“Pul, maaf aku cuma pengen balikin ini” Kucoba menguatkan suara, dan mulai membendung sumber air itu agar tak menjadi bah yang tumpah.
“Kenapa? ini hari ulang tahunmu, dan aku ihklas memberikannya padamu, tak ada maksud apa2 dalam diriku, karena aku hanya ingin memberikan sesuatu yang berarti untukmu, itu saja” tatapan mata itu, ketajaman yang sampai sekarang tak mampu ku pandangi, aku menunduk dan kembali terdiam. hening, sepi, dan kaku.
“Pul, aku sangat berterimakasih, tapi aku ga bisa, ini bukan sembarang barang yang bisa kau berikan pada siapa saja, dan aku….aku sudah tak bisa kembali padamu, biarlah kita bersahabat tanpa ada tendensi apa2, biarkan semua berjalan seperti saat dulu pertama kita saling mengenal, tapi bukan untuk saling mencinta, namun untuk saling mengasihi sebagai seorang sahabat. kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih segalanya dibanding aku, dan semoga begitupun aku” tak tahu kenapa aku mampu merangkai kata yang begitu banyak, hanya saja yang terpikir dalam otakku , aku harus bicara dengannya, dan semuanya harus clear. Bahwa aku dan dia hanya sebatas sahabat.
“Baiklah, tapi tolong terima ini sebagai tanda persahabatan kita, dan asal kamu tahu aku akan terus mencintai kamu, karena kamu wanita ternbaik yang pernah ku kenal, walau kamu tomboy, tapi itu dulu, dan kamu mempunya background agama yang tak banyak dimiliki wanita lain, aku kagum sama kamu ”
“Tanda persahabatan” kataku mengulagi lagi, dan kucoba memberikan senyum terindah ynag pernah kumiliki untuknya, untuk seseorang yang pernah mengisi relung hatiku, seseorang yang mampu membuatku lebih baik, seorang lelaki yang sangat sabar.
###
08 agustus 2008
Ulang tahunku yang ke-20, tak ada sesuatu yang istimewa, seperti biasa ibu menyiapkan dua tumpeng sekaligus , karena mbakku juga berulang tahun di tanggal 15, sekalian kata ibu. Dan semuanya biasa saja. kisah cinta yang lama tlah kukubur dalam2, dan aku tak lagi berniat untuk membukanya. di umurku yang sudah berkepala dua, sebagai mahasiswi semester 5, dan sebagai seorang wanita, tentu aku juga ingin seperti yang lain, tapi aku tak lagi ingin bermain2, aku lelah. Walau sampai sekarang Ipul masih memintaku untuk kembali, namun kini bukan karena alasan cinta lagi hingga aku bersikukuh tak lagi ingin kembali. pesan abah yang secara tak langsung diberikan untuk kedua putrinya ini membuatku semakin membuka mata. Aku memang tak pernah mengaji di pondok secara salaf, namun aku juga bukan seorang gadis yang dibiarkan tanpa pengetahuan agama, apalagi aku punya Abah dan paklek yang sangat faham dengan agama.Dan aku tahu lelaki seperti apa yang emreka harapkan untuk menemani anak2nya.
Bagaimanapun orang tua pasti menginginkan hal yang terbaik bagi putrinya, dan begitupun Abah dan Ibu. Aku tak membutuhkan lelaki yang kaya harta, yang mampu memberiku uang banyak, mampu membuatku tercukupi dengan semua hartanya. Aku juga tak membutuhkan seorang lelaki yang hanya bermodal tampang, namun aku membutuhkan seorang lelaki yang mampu menjadi imam bagiku dan anak2 ku kelak, seseorang yang bisa membuatku nyaman dan aman berada di dekatnya, dan seseorang yang faham agama yang kelak kan mengantarkan aku untuk lebih mencintai-Nya.
the end